Bahwa tak perlu waktu yang lama
Untuk saling menyayangi
engabdian pada masyarakat atau yang biasa kami singkat ‘p2m’
merupakan kegiatan sekolah yang diadakan setiap tahun khusus untuk anak kelas
sebelas. Kegiatan ini diadakan pada tanggal 26-28 April 2012 di Panti Asuhan
Jabal Thoriq, Jalan Cagak, Subang. Acaranya beragam, mulai dari mengajar anak2,
lomba2, pentas seni, mentoring, dan nonton film bersama.
Dari jumlah anak kelas sebelas yang
mencapai 57anak, kami dibagi menjadi dua gelombang. Sebagian di gelombang/hari
pertama, sebagian lagi di hari kedua. Setiap gelombang pun dibagi lagi menjadi
5 kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari lima atau enam orang. Kelompok
dari kami akan memegang kelompok yang sama dari anak panti. Gunanya kelompok
adalah agar acara lebih terkondisikan dan lebih efektif. Dikelompokkan juga
menjadikan kami lebih dekat satu sama lain. Di hari ketiga atau hari penutupan,
seluruhnya ikut serta dalam rangkaian acara penutupan.
Aku sendiri kebagian di hari kedua,
kelompok lima bersama Wardah, Mutsla, Iin, Syara, dan Rohimah. Setelah acara
dibuka oleh MC, kami segera berbaur ke kelompok masing-masing. Kami tak
menyangka anak-anak begitu antusias, bahkan lebih dari kami. Karena tak mau
kalah, akhirnya seluruhnya jadi ikut antusias.
Dimulai dengan perkenalan. Dengan
pribahasa tak kenal maka tak sayang kami memperkenalkan diri satu
samalain.
Anak-anak meminta perkenalan dimulai dari
kami. Dan aku yang pertama memperkenalkan diri. Sudah kuduga, namaku yang
berbeda jika diartikan dalam bahasa sunda akan memperoleh tanggapan yang
berbeda. Alim dalam bahasa sunda artinya tidak mau. Dan ketika kusebutkan
mereka cengar-cengir, aku jadi ikut terkekeh karena kata itu. Hmmm.
Selanjutnya masing-masing dari kami
menyebutkan tanggal lahir, hobby, dan cita-cita. Selanjutnya adik-adik baru
kami ini yang memperkenalkan diri. Sebut saja Siti Nurhalimah yang dipanggil
Mia, kelas sembilan. Ia suka menggambar dan bercita-cita menjadi arsitek. Hobby
dan cita-cita yang sesuai, dan kami aminkan saat itu. Berikutnya ada Desti yang
baru selesai UN Sekolah Dasar. Cita-citanya sama denganku, menjadi dokter.
“Wah, bisa jadi asisten kakak nih nanti.” Gurauku. Keluarlah senyum manis
canggungnya.
Selanjutnya ada Siti yang menempati
jurusan teknik pemograman di SMAN I Jalan Cagak. Hobby nya hampir sama
denganku, facebook-an, makan, dan tidur. Ia bercita-cita menjadi teknisi
komputer dan jaringan program. Disebelah siti ada Jafar. Paras wajahnya polos,
menampilkan ke-alim-an dan kebersahajaan hidup. Ia menempati kelas tujuh.
Selanjutnya tentang Jafar akan kubahas di artikel berikutnya yang khusus
menceritakan tentang kehidupannya.
Disamping Jafar ada Endang Sukara.
Keceplosan aku menyebutnya Dadang dan semua tergelak. Ternyata si Endang Sukara
memiliki nama panggilan Kara. Nama yang bagus. Semoga akhlaknya pun bagus. Ia
kelas enam SD, tapi perawakannya lebih besar dibanding Jafar. Agak malu-malu,
ia menyebutkan hobby dan cita-citanya. Aku tak begitu mendengar karena pelannya
suara yang ia keluarkan bercampur canggung. Hee. Tapi setelah beberapa waktu,
kecanggungan itu hilang dari sifat asli Kara yang sebenarnya ngocol dan agak
bandel.
Terakhir Ikhsan Rizky Maulana dan Lulu
(asli namanya cuma L-U-L-U. Enak yah kalau UN gak usah repot-repot mengisi
kolom nama). Iksan dan Lulu masih SD, makanya mereka jadi yang terkecil
diantara kami semua J. Tapi semangatnya hampir sama dengan kami. Ikhsan dan Lulu tidak
tinggal di asrama panti, mereka masih mempunyai rumah dan orangtua.
Yah. Selesai perkenalan kami langsung
bermain konsentrasi. Semangat mereka sewaktu bermain permainan ini berbeda
seratus delapan puluh derajat dengan pada saat kami bermain ini dikelas. Kami
jadi terkekeh, dan ikut semangat. Tapi tak lama, MC menyerukan bahwa acara
perlombaan akan segera dimulai.
Kami segera membagi peserta lomba dan
pembimbingnya. Jafar dan Kara mengikuti lomba Adzan yang dilaksanakan di Masjid
dibimbing oleh Wardah, Syara dan Mutsla. Desti, Siti, dan Mia mengikuti lomba
makan kerupuk dibimbing oleh Iin, Rohimah, dan aku sendiri. Sementara Ikhsan
dan Lulu yang masih terlalu kecil ikut menonton dengan kami yang ada pada lomba
kerupuk dilapangan.
Lomba kerupuk diikuti perkelompok yang
masing-masing terdiri dari tiga orang. Dua orang memapah dengan tangan dan satu
orang lainnya diatas gendongan tangan sambil makan kerupuk. Berbeda dari
biasanya, karena hikmah yang kami tanamkan adalah gak boleh makan sambil
berdiri. Unik, bukan?
Dan akhirnya dalam cabang kerupuk, kami
meraih juara 3.
Karena hujan, kami berkumpul kembali di
Aula sembari menunggu lomba adzan selesai. Kami bermain “mejikuhibiniu”.
Sialnya, dari dua putaran permainan aku selalu kalah. Karena yang kalah diberi
hukuman, akhirnya mereka mengerjaiku. Dalangnya adalah si Ikhsan dan Desti.
Lucu sekali mereka, menyuruhku menyanyikan lagu balonku dan yang kedua dicubit
ramai-ramai. Awas lain kali. Hehehe. Aku hanya bisa cengar-cengir dan pasrah
saat tangan mungil mereka mencubit tanganku.
Tak lama lomba adzan selesai. Kami segera
memasuki sesi berikutnya, yaitu lomba estafet karet. Lomba ini diikuti oleh
lima anak dari setiap kelompok, tapi hanya anak-anak yang berbadan besar atau
setidaknya bukan anak kecil agar seimbang. Ikhsan dan lulu yang tadinya mau
mengikuti lomba ini terpaksa tidak jadi ikut. Jadilah Kara, Jafar, Desti, Siti,
dan Mia yang ikut lomba ini.
Juara sudah didapat, kecuali juara tiga.
Perolehan kelompok kami sama dengan kelompok satu, yaitu 22 karet, karena itu
diadu ulang. Dari kelompok lima Jafar, dan dari kelompok satu Umar. Jafar kalah
cepat, tapi umar menjatuhkan karet saat hampir mencapai finish. Terpaksa ia
mengulang mengambil karet dan Jafar menang. Kami pun bersorak untuk juara tiga
ini.
Setelah lomba-lomba ada donger yang
dibawakan oleh Ully dan Giwa. Banyak hikmah yang didapatkan dari dongeng
bercampur motivasi ini. Setelah dongeng ada doorprise, salah satunya didapatkan
oleh ikhsan. Kami bersorak lagi.
Setelah semua rangkaian acara, kami sholat ashar. Setelah itu
foto-foto perkelompok, lalu kembali ke As-Syifa.
Esoknya, hari terakhir dari rangkaian acara
Dalam waktu beberapa jam kemarin semangat
kami menjadi dua kali lipat untuk acara ini. Dan dari malam hari kami
menyiapkan acara esok yang merupakan penutupan. Rasa sayang membuat kami
berusaha untuk membuat acara lebih menarik lagi. Persiapan dimulai dari
briefing, hadiah dan sebagainya, dekor ruangan, dan pentas seni. Setiap
kelompok sibuk, setiap penanggung jawab tak kalah sibuk.
Aku dan anak dekorasi lainnya begitu
sampai langsung menyiapkan ruangan acara. Spanduk dipindahkan kedalam,
gambar-gambar profesi ditempel di tembok, hiasan orang-orangan bertuliskan nama
mereka dirangkai diatas panggung, dan tulisan wilujeung sumping ditempel
di depan pintu ruangan Aula.
Acara dimulai jam satu. Aku karena belum
sempat makan sedari pagi segera saja kuambil bungkusan nasi dan melahapnya
diruang belakang Aula bersama beberapa panitia yang lainnya. Setelah pembukaan,
nobar dimulai. Kami menonton film Lima Elang sampai waktu ashar. Setelah
sholat, kami istirahat sebentar. Aku dan sebagian lainnya asyik bermain volley
di lapangan. Seingatku disana ada Evi, Ratih, Ais, Titi, Upid, Umar, Muji,
Jafar, Kunul, dan lain-lain. Hingga MC menyuruh berkumpul.
Sebelum acara pembagian hadiah dimulai,
aku dan Mutsla mewawancarai Jafar untuk artikel yang diwajibkan pihak sekolah,
baru balik ke kelompok. Acara pembagian hadiah dimulai dan kelompok kami
mendapatkan tiga juara dalam tiga ketegori lomba. Juara tiga lomba kerupuk dan
estafet karet, dan juara pertama lomba adzan. Siapa lagi kalau bukan Jafar,
adik kesayanganku disana. Hehe. Sebenarnya ada empat lomba, tapi di lomba
kebersihan kami menempati peringkat empat, atau sama saja dengan tidak mendapat
juara. Hehe.
Aku menaburi pemenang-pemenang dengan
potongan kertas krep berbagai warna sisa dekorasi, bersama Visi. Ada satu anak
yang kutaburi potongan kertas beserta dengan plastiknya. Ia hanya
cengar-cengir, kalau tidak salah namanya Faisal dari kelompok satu.
Setelah itu penutupan dari berbagai
atasan, yaitu Pak Fery dan Ibu Kepala Panti. Aku sibuk mengobrol bersama Resty
dan Jafar.
Bingkisan wawancara tadi baru kuberikan pada
Jafar.
“Oh iya, nama kakak siapa coba far? Lupa gak?”,
tanyaku berlagak mengetes Jafar.
Agak malu Jafar menjawab, “Teh Alim,” Senyum
lebar langsung terlepas dari wajahku.
“Nah, pinter pinter”. Ledekku. Jafar hanya
cengar-cengir.
“Kalo nama kakak siapa far?” tanya Resty.
Jafar hanya cengar-cengir kebingungan. Resty
mendengus, “parah banget gue gak diinget”, protesnya.
Jafar cengar-cengir lagi. Tapi selanjutnya
diberitahu dan ia ingat namanya Resty.Karena suara Jafar pelan, aku agak
menunduk untuk mendengarkan kalimat yang keluar selanjutnya.
“teh, Jafar minta biodata teteh dong”.
Pintanya dengan tampang polos.
“hah, buat apaan biodata kakak?” tanyaku
heran. Tapi tak lama aku mengangguk mengerti. Ahh, sekalian kasih pesan buat
Jafar ah. Kan tadi gak sempet buat. Pikirku.
Akupun segera meminta kertas dan pulpen
pada Resty. Ia tersenyum meledek. Rese deh... batinku. Tapi tetap saja
aku tak terima Resty berkenalan dengan Regi, si polos duplikat ‘temanku’ itu.
Kami jadi ceng-cengan (yang ini gak penting banget).
Dikertas itu kutuliskan doa untuknya dan
permohonan doa pula untukku, serta motivasi untuk cita-cita mulianya. Setelah
kutuliskan semua, kertas itu langsung dimasukkan Jafar ke saku celananya. Rasa
bangga tersimpan dalam hatiku karena adik baru kesayanganku itu terlihat
senang. Tak lama ia maju ke depan untuk acara pentas seni dengan grup rebana
putra Jabal Thoriq.
Mia memanggilku dengan sebuah lipatan kertas
ditangannya. Aku menghampiri dengan sebuah pertanyaan ada apa, mi? Lalu
Mia memberiku kertas yang terlipat itu beserta sebuah pesan “tapi jangan dibuka
sekarang yah kak. Mia malu”, bisiknya sambil tertawa. Walaupun bertanya-tanya
apa isinya, tapi aku menuruti saja. Tiba-tiba ia menyodorkan sesuatu. Gelang
tali? Waduh, baek banget... Batinku.
“ini kak, buat kakak.”
“Buat kakak? Wah, buat mia aja. Kan bagus.”
“Nggak. Mia sengaja bawa ini buat kakak.”
“hmmm. Ga usah repot-repot atuh, mi. Kakak
malah gak bawa apa-apa...”, jawabku agak sungkan. Sembari mengucap terima kasih
akhirnya kuterima juga.
Acara penutupan pun dimulai. Mulai dari
bernyanyi, angklung, dan hiburan dari teman-teman kelompok dua. Setelah itu
salam-salaman. Saat adik-adik kelompokku mengampiri, mataku serasa panas.
Terlebih mereka menangis terlebih dahulu. Jadi tangis-tangisan melanda kami.
Sepertinya kebersamaan kami selama dua hari membuat ikatan silaturrahmi yang
berkesan. Semoga suatu hari aku dan teman-teman dapat mengunjungi tempat ini
lagi.
Dari kalian aku belajar satu hal, bahwa tak
perlu waktu yang lama untuk saling menyayangi. Terima kasih atas ketulusan yang
kalian berikan. Semoga kalian bisa menjadi apa yang kalian cita-citakan. Sampai
bertemu suatu saat nanti.