Senin, 09 Februari 2015

Garuda Pagi


Gulita merayapi elang Indonesia
Keburaman menutupi mata bangsa
Sehingga diri tak dapat berkaca
Akan kelebihan yang diberikan Sang Kuasa
Sedang kebobrokan melanda pemuda
Pemilik mimpi, penerus bangsa

Namun garuda tak berputus asa
Kebobrokan itu kan segera sirna
Generasi baru segera mengepak diudara
Menerobos setiap realita
Dengan mimpi-mimpi dalam dada
Kan teraih, pagi cerah penuh cahaya

-subang , tanggal sekian- mei 2013

Selasa, 26 Februari 2013

Experience with Nature- english task


However it was not most special moments in As-Syifa, i would like to tell you about my experience and beautiful things with nature. I loved nature because i lived in Jakarta and i didn’t have any place to go, even it was my grandmother’s house (yeah because she also lived in Jakarta). All of my family lived in Jakarta, and almost liked Jakarta. So we very often went to anyplace in other city. And that was one of my reason to lived in As-syifa. 
The first story was came in last year. After maghrib prayer, i stayed in Adh-Dhuha hall with many others people for tilawah. I sat in near of the door. When i repeat my holy Qur’an again, it was noisy voice in outside. I looked at there and someone sayed “there was foggy in outside”. Some people go out and looked at the sky. I interested and go outside too. That’s a beautiful sky that i ever saw. The fogs decrease to our land and made it becomes blur. i couldn’t look far away. My room was also blur. Then Hanifah and i went to the street and feel the fog. The fogs left arround us like the wind, thickly. We went to the school yard and the fogs fully down in that place. Then i went to the coridor, classes, and someplace, i felt like it was a dream, yeah, like i walked in other live. Invisible live, maybe. It was very unbelievable moment that i ever left.
The second special things came at last month. It was also my first experience for do this in others city. Biking with mKhodijah, Ayu, Athim, Aristy, Fairuz, Evi, and Bunda Alin. We waited for Mr. Dede, Mr. Fahri, Mr. Miss Azizah and Mr.gaos. After they came, we went together.
It was very difficult for me to rowed the bike in the upward street. But the gear helped me. We went to kumpay first. But in the upward street before Boy’s Dormitory my sandals was broke. It made me couldn’t row well. Then Bunda Alin asked me to Teh Faza’s house for borrowed sandal. Then we walked again.
In kumpay i felt very tired. Actually it was not too far from dormitory. I want back to there. But Bunda alin said that the last destination was very amazing. We would see the nature scenes in the tea garden. I was so excited to went there. Yeah. then i continued the ways. In bunda titin’s houses areas, we felt tired, and stopped in a ‘warung’ for drink and snack. We drank hot tea. I hadn’t have breakfast before, so i feel so tired. But the nature scenes in the last way motivated me again. I enjoyed the ways even it was so difficult.
And Bunda Alin’s said came true. That was very nice for me to exceeded the street in the garden tea. The street is not good, but i also love it. I rowed the bike faster. It was beautiful. My dreams in Elementary School had come true. It was so amazing, especially the ways to coming back. In jalan cagak street to as-syifa, we only found descend steet. We often rowed again, an only enjoyed the moment, the ways, the cool wind, and the nature scenes. After that, we went to Sangkuriang for had lunch before going back.
As the live, the ways learned me to be strong, possitive thinking, and never give up to faced our life because the beautiful things come when we can fixed our problem before. The nature learned me many things. That beautiful things only had if we want to struggle. That was my story. What about you?

Selasa, 05 Februari 2013

aku kini

semua angin menghilang
lenyap
terlupakan

harus
memang harus begitu, kata sang suara
namun kenyataan
meremukan jejak kaki

mengurung sebuah asa
dalam keresahan
menghantui mimpi-mimpi
dengan ketakutan

baiklah
binar mata, hai sang juara
terbukalah
bawa hembusan baru
ukir langkah itu

hanya satu, Sang Pencipta
mohon kuasa-Nya
agar angin
tak membawamu keseberang lautan maya
atau hujan
tak lekas menghilang bekas
menghentikan segalanya

Selasa, 24 Juli 2012

I'm Twelve Grader Now!

Ya Allah... Gak nyangka kelas sebelas belalu dengan cepaat. banyak yang telah kami lalui dimasa pertengahan itu. dan rupanya banyak pula waktu yang telah membawa kami menuju kedewasaan. sekarang ini, aku hanya berharap jalan kami dimudahkan oleh Yang Maha Pemberi Kemudahan... Amiin...

Kamis, 10 Mei 2012

Cerpen Pasca P2m


Bahwa tak perlu waktu yang lama
Untuk saling menyayangi

P
engabdian pada masyarakat atau yang biasa kami singkat ‘p2m’ merupakan kegiatan sekolah yang diadakan setiap tahun khusus untuk anak kelas sebelas. Kegiatan ini diadakan pada tanggal 26-28 April 2012 di Panti Asuhan Jabal Thoriq, Jalan Cagak, Subang. Acaranya beragam, mulai dari mengajar anak2, lomba2, pentas seni, mentoring, dan nonton film bersama.

Dari jumlah anak kelas sebelas yang mencapai 57anak, kami dibagi menjadi dua gelombang. Sebagian di gelombang/hari pertama, sebagian lagi di hari kedua. Setiap gelombang pun dibagi lagi menjadi 5 kelompok, dan setiap kelompok terdiri dari lima atau enam orang. Kelompok dari kami akan memegang kelompok yang sama dari anak panti. Gunanya kelompok adalah agar acara lebih terkondisikan dan lebih efektif. Dikelompokkan juga menjadikan kami lebih dekat satu sama lain. Di hari ketiga atau hari penutupan, seluruhnya ikut serta dalam rangkaian acara penutupan.
Aku sendiri kebagian di hari kedua, kelompok lima bersama Wardah, Mutsla, Iin, Syara, dan Rohimah. Setelah acara dibuka oleh MC, kami segera berbaur ke kelompok masing-masing. Kami tak menyangka anak-anak begitu antusias, bahkan lebih dari kami. Karena tak mau kalah, akhirnya seluruhnya jadi ikut antusias.
Dimulai dengan perkenalan. Dengan pribahasa tak kenal maka tak sayang kami memperkenalkan diri satu samalain.
Anak-anak meminta perkenalan dimulai dari kami. Dan aku yang pertama memperkenalkan diri. Sudah kuduga, namaku yang berbeda jika diartikan dalam bahasa sunda akan memperoleh tanggapan yang berbeda. Alim dalam bahasa sunda artinya tidak mau. Dan ketika kusebutkan mereka cengar-cengir, aku jadi ikut terkekeh karena kata itu. Hmmm.
Selanjutnya masing-masing dari kami menyebutkan tanggal lahir, hobby, dan cita-cita. Selanjutnya adik-adik baru kami ini yang memperkenalkan diri. Sebut saja Siti Nurhalimah yang dipanggil Mia, kelas sembilan. Ia suka menggambar dan bercita-cita menjadi arsitek. Hobby dan cita-cita yang sesuai, dan kami aminkan saat itu. Berikutnya ada Desti yang baru selesai UN Sekolah Dasar. Cita-citanya sama denganku, menjadi dokter. “Wah, bisa jadi asisten kakak nih nanti.” Gurauku. Keluarlah senyum manis canggungnya.
Selanjutnya ada Siti yang menempati jurusan teknik pemograman di SMAN I Jalan Cagak. Hobby nya hampir sama denganku, facebook-an, makan, dan tidur. Ia bercita-cita menjadi teknisi komputer dan jaringan program. Disebelah siti ada Jafar. Paras wajahnya polos, menampilkan ke-alim-an dan kebersahajaan hidup. Ia menempati kelas tujuh. Selanjutnya tentang Jafar akan kubahas di artikel berikutnya yang khusus menceritakan tentang kehidupannya.
Disamping Jafar ada Endang Sukara. Keceplosan aku menyebutnya Dadang dan semua tergelak. Ternyata si Endang Sukara memiliki nama panggilan Kara. Nama yang bagus. Semoga akhlaknya pun bagus. Ia kelas enam SD, tapi perawakannya lebih besar dibanding Jafar. Agak malu-malu, ia menyebutkan hobby dan cita-citanya. Aku tak begitu mendengar karena pelannya suara yang ia keluarkan bercampur canggung. Hee. Tapi setelah beberapa waktu, kecanggungan itu hilang dari sifat asli Kara yang sebenarnya ngocol dan agak bandel.
Terakhir Ikhsan Rizky Maulana dan Lulu (asli namanya cuma L-U-L-U. Enak yah kalau UN gak usah repot-repot mengisi kolom nama). Iksan dan Lulu masih SD, makanya mereka jadi yang terkecil diantara kami semua J. Tapi semangatnya hampir sama dengan kami. Ikhsan dan Lulu tidak tinggal di asrama panti, mereka masih mempunyai rumah dan orangtua.
Yah. Selesai perkenalan kami langsung bermain konsentrasi. Semangat mereka sewaktu bermain permainan ini berbeda seratus delapan puluh derajat dengan pada saat kami bermain ini dikelas. Kami jadi terkekeh, dan ikut semangat. Tapi tak lama, MC menyerukan bahwa acara perlombaan akan segera dimulai.
Kami segera membagi peserta lomba dan pembimbingnya. Jafar dan Kara mengikuti lomba Adzan yang dilaksanakan di Masjid dibimbing oleh Wardah, Syara dan Mutsla. Desti, Siti, dan Mia mengikuti lomba makan kerupuk dibimbing oleh Iin, Rohimah, dan aku sendiri. Sementara Ikhsan dan Lulu yang masih terlalu kecil ikut menonton dengan kami yang ada pada lomba kerupuk dilapangan.
Lomba kerupuk diikuti perkelompok yang masing-masing terdiri dari tiga orang. Dua orang memapah dengan tangan dan satu orang lainnya diatas gendongan tangan sambil makan kerupuk. Berbeda dari biasanya, karena hikmah yang kami tanamkan adalah gak boleh makan sambil berdiri. Unik, bukan?
Dan akhirnya dalam cabang kerupuk, kami meraih juara 3.
Karena hujan, kami berkumpul kembali di Aula sembari menunggu lomba adzan selesai. Kami bermain “mejikuhibiniu”. Sialnya, dari dua putaran permainan aku selalu kalah. Karena yang kalah diberi hukuman, akhirnya mereka mengerjaiku. Dalangnya adalah si Ikhsan dan Desti. Lucu sekali mereka, menyuruhku menyanyikan lagu balonku dan yang kedua dicubit ramai-ramai. Awas lain kali. Hehehe. Aku hanya bisa cengar-cengir dan pasrah saat tangan mungil mereka mencubit tanganku.
Tak lama lomba adzan selesai. Kami segera memasuki sesi berikutnya, yaitu lomba estafet karet. Lomba ini diikuti oleh lima anak dari setiap kelompok, tapi hanya anak-anak yang berbadan besar atau setidaknya bukan anak kecil agar seimbang. Ikhsan dan lulu yang tadinya mau mengikuti lomba ini terpaksa tidak jadi ikut. Jadilah Kara, Jafar, Desti, Siti, dan Mia yang ikut lomba ini.
Juara sudah didapat, kecuali juara tiga. Perolehan kelompok kami sama dengan kelompok satu, yaitu 22 karet, karena itu diadu ulang. Dari kelompok lima Jafar, dan dari kelompok satu Umar. Jafar kalah cepat, tapi umar menjatuhkan karet saat hampir mencapai finish. Terpaksa ia mengulang mengambil karet dan Jafar menang. Kami pun bersorak untuk juara tiga ini.
Setelah lomba-lomba ada donger yang dibawakan oleh Ully dan Giwa. Banyak hikmah yang didapatkan dari dongeng bercampur motivasi ini. Setelah dongeng ada doorprise, salah satunya didapatkan oleh ikhsan. Kami bersorak lagi.
Setelah semua rangkaian acara, kami sholat ashar. Setelah itu foto-foto perkelompok, lalu kembali ke As-Syifa. 
Esoknya, hari terakhir dari rangkaian acara
Dalam waktu beberapa jam kemarin semangat kami menjadi dua kali lipat untuk acara ini. Dan dari malam hari kami menyiapkan acara esok yang merupakan penutupan. Rasa sayang membuat kami berusaha untuk membuat acara lebih menarik lagi. Persiapan dimulai dari briefing, hadiah dan sebagainya, dekor ruangan, dan pentas seni. Setiap kelompok sibuk, setiap penanggung jawab tak kalah sibuk.
Aku dan anak dekorasi lainnya begitu sampai langsung menyiapkan ruangan acara. Spanduk dipindahkan kedalam, gambar-gambar profesi ditempel di tembok, hiasan orang-orangan bertuliskan nama mereka dirangkai diatas panggung, dan tulisan wilujeung sumping ditempel di depan pintu ruangan Aula.
Acara dimulai jam satu. Aku karena belum sempat makan sedari pagi segera saja kuambil bungkusan nasi dan melahapnya diruang belakang Aula bersama beberapa panitia yang lainnya. Setelah pembukaan, nobar dimulai. Kami menonton film Lima Elang sampai waktu ashar. Setelah sholat, kami istirahat sebentar. Aku dan sebagian lainnya asyik bermain volley di lapangan. Seingatku disana ada Evi, Ratih, Ais, Titi, Upid, Umar, Muji, Jafar, Kunul, dan lain-lain. Hingga MC menyuruh berkumpul.
Sebelum acara pembagian hadiah dimulai, aku dan Mutsla mewawancarai Jafar untuk artikel yang diwajibkan pihak sekolah, baru balik ke kelompok. Acara pembagian hadiah dimulai dan kelompok kami mendapatkan tiga juara dalam tiga ketegori lomba. Juara tiga lomba kerupuk dan estafet karet, dan juara pertama lomba adzan. Siapa lagi kalau bukan Jafar, adik kesayanganku disana. Hehe. Sebenarnya ada empat lomba, tapi di lomba kebersihan kami menempati peringkat empat, atau sama saja dengan tidak mendapat juara. Hehe.
Aku menaburi pemenang-pemenang dengan potongan kertas krep berbagai warna sisa dekorasi, bersama Visi. Ada satu anak yang kutaburi potongan kertas beserta dengan plastiknya. Ia hanya cengar-cengir, kalau tidak salah namanya Faisal dari kelompok satu.
Setelah itu penutupan dari berbagai atasan, yaitu Pak Fery dan Ibu Kepala Panti. Aku sibuk mengobrol bersama Resty dan Jafar.
Bingkisan wawancara tadi baru kuberikan pada Jafar.
“Oh iya, nama kakak siapa coba far? Lupa gak?”, tanyaku berlagak mengetes Jafar.
Agak malu Jafar menjawab, “Teh Alim,” Senyum lebar langsung terlepas dari wajahku.
“Nah, pinter pinter”. Ledekku. Jafar hanya cengar-cengir.
“Kalo nama kakak siapa far?” tanya Resty.
Jafar hanya cengar-cengir kebingungan. Resty mendengus, “parah banget gue gak diinget”, protesnya.
Jafar cengar-cengir lagi. Tapi selanjutnya diberitahu dan ia ingat namanya Resty.Karena suara Jafar pelan, aku agak menunduk untuk mendengarkan kalimat yang keluar selanjutnya.
“teh, Jafar minta biodata teteh dong”. Pintanya dengan tampang polos.
“hah, buat apaan biodata kakak?” tanyaku heran. Tapi tak lama aku mengangguk mengerti. Ahh, sekalian kasih pesan buat Jafar ah. Kan tadi gak sempet buat. Pikirku.
Akupun segera meminta kertas dan pulpen pada Resty. Ia tersenyum meledek. Rese deh... batinku. Tapi tetap saja aku tak terima Resty berkenalan dengan Regi, si polos duplikat ‘temanku’ itu. Kami jadi ceng-cengan (yang ini gak penting banget).
Dikertas itu kutuliskan doa untuknya dan permohonan doa pula untukku, serta motivasi untuk cita-cita mulianya. Setelah kutuliskan semua, kertas itu langsung dimasukkan Jafar ke saku celananya. Rasa bangga tersimpan dalam hatiku karena adik baru kesayanganku itu terlihat senang. Tak lama ia maju ke depan untuk acara pentas seni dengan grup rebana putra Jabal Thoriq.
Mia memanggilku dengan sebuah lipatan kertas ditangannya. Aku menghampiri dengan sebuah pertanyaan ada apa, mi? Lalu Mia memberiku kertas yang terlipat itu beserta sebuah pesan “tapi jangan dibuka sekarang yah kak. Mia malu”, bisiknya sambil tertawa. Walaupun bertanya-tanya apa isinya, tapi aku menuruti saja. Tiba-tiba ia menyodorkan sesuatu. Gelang tali? Waduh, baek banget... Batinku.
“ini kak, buat kakak.”
“Buat kakak? Wah, buat mia aja. Kan bagus.”
“Nggak. Mia sengaja bawa ini buat kakak.”
“hmmm. Ga usah repot-repot atuh, mi. Kakak malah gak bawa apa-apa...”, jawabku agak sungkan. Sembari mengucap terima kasih akhirnya kuterima juga.
Acara penutupan pun dimulai. Mulai dari bernyanyi, angklung, dan hiburan dari teman-teman kelompok dua. Setelah itu salam-salaman. Saat adik-adik kelompokku mengampiri, mataku serasa panas. Terlebih mereka menangis terlebih dahulu. Jadi tangis-tangisan melanda kami. Sepertinya kebersamaan kami selama dua hari membuat ikatan silaturrahmi yang berkesan. Semoga suatu hari aku dan teman-teman dapat mengunjungi tempat ini lagi.
Dari kalian aku belajar satu hal, bahwa tak perlu waktu yang lama untuk saling menyayangi. Terima kasih atas ketulusan yang kalian berikan. Semoga kalian bisa menjadi apa yang kalian cita-citakan. Sampai bertemu suatu saat nanti.

malem-malem cerebung

gak tau sih tepatnya apa. tp setiap gue buka yang satu ini, facebook, gue selalu miris.
miris. nggak. lebih tepatnya galau.

oh iya. mending gue ceritain 'cerita baru' aja yah. ceritanya begini. ibarat kuya, gue adalah kuya yang kagak bisa berenang, terbang apalagi (lha? apadeh). yap. si kuya gak bakal bisa kemana2, galau mau kemana, dan bingung juga kalo udah disono ada apaan. jadi die 'stuck' di pinggiran sambil menerawang. gue dikasih dua pilihan sama waktu. kedua pilihan itu tentunya punya resiko yang gak enak. pilihan pertama, (jeng jeng jeng...) gue lupain semuanya. yang kedua, gue pertahanin semuanya. tapi nyatanya strategi bertahan bakal menyakiti pemain lain. yah. jadi mau gak mau gue harus milih. gak enak kan? (lah terus apa hubungannya sama kuya?) nggak tau gue juga.

'mendadak gue pengin pulang!' ngurusin sesuatu yang kayak benang kusut kalo gue biarin di asrama. kepreeeet.
'tapi gue gak bisa pulang', gue berpikir lagi.
'dan gak mungkin juga pulang. karena bukan jatahnya gue pulang', (makin mumet)
'lagian pulangpun gak akan menyelesaikan masalah. nyatanya sih gue fine2 aja. cuma masalah hati aja yang perlu di -restock-'. (hadeh ngawur aja kan gue)

'limalima' kuya lo ah! bikin orang gak keruan aje! makanya jangan plinpan kalo jadi orang  kuya!

Sabtu, 31 Maret 2012

Potret untuk Negeriku


Ketika kudengar namanya, merinding rasanya
Terlebih lagu kebangsaan yang hanya diratapi satu tahun sekali itu
Ketika lihat alamnya
Sejuk, tenang, damai dan indah yang kurasa
Ketika kulihat lautannya
Tak ingin rasanya kuberlari menjauhi deru ombak
Terlalu indah untuk kutanggalkan

Namun, beranjak sedikit dari semua itu
Kepadatan, kemacetan, keriuhan berada disana
Kemiskinan dan penderitaan juga tak pernah lepas darinya
Korupsi, kolusi, dan nepotisme meraja lela disetiap sudutnya
Dari tingkat teratas, hingga kedasar yang paling dalam
Dari manusia-manusia keji berdasi yang hampir lapuk dimakan usia
Hingga kebuah-buah hati yang masih amatir namun menirunya
Dari gedung-gedung tinggi menjulang angkasa
Hingga gubuk dan gang-gang kecil dipelosok wilayahnya

Apakah kejayaan negeri ini
Akan semakin mengikis?
Semakin menjauhi batas kemakmuran dan keberadaban
Karena alamnya yang amat kaya
Namun moral bangsanya amat minim
Sehingga kekayaan tak lagi berarti apa-apa
Terlanjur tergantikan dengan kebebasan dan kesewenang-wenangan
hingga tak tahu apa jadinya
Bibit-bibit generasi kita akan bertahan